Thursday, May 26, 2011

soalnya hati

"hati, mengapa kau menangis? bukankah selama ini kau yang bertahan? janji sering saja kau abaikan, walau di utara rasa tertanya, selatan menekan, timur kabur, barat tersekat, semuanya kelam kabut hingga kalut serabut. di sana kau yang gah bertahan. tercarik sedikit kau sembuhkan, sedang sakit masih terasa, kau terluka lagi. mengapa begitu kuat kau bertahan walau telah sesak pernafasan? tiadakah kau kepenatan?"


"bagaimana harus  kepenatan? Rasa ini terlalu indah untuk abaikan. mencetus gagah lantas kebah. semakin terluka, semakin imun hingga sudah tiada perasan luka sudah menimbun. hingga menangis hari ini kerna terpaksa biar lepas bebas yang didamba kerna tak mau terus terluka. keliru mencari solusi atas hubungan yang tiada ambisi, lalu bersama bertalik tali lalu terputus sebelum perhentian. sesat mencari jalan, sendiri dalam kegelapan penyelesaian. siapa kata memaksa itu tidak perit? sungguh menghimpit sakit seolah daging dicarik-carik, sedikit-sedikit. kerna itu tiada mampu lagi tertahankan, berderai air mata, menitis-nitis. selama ini tersembunyi tangis di balik senyum. satu persatu dirembeskan biar tiada kelihatan. saat ini tiada mampu lagi tertahankan."

hati, jangan kau menangis. sudah cukup kau kesakitan. mungkin ini waktu kau lepaskan mimpimu yang samar, rasa yang diberi cuma musim yang pasti berubah. biar tewas dilepas bebas. walau tidak kau ketemu solusi, kau tak akan hilang seri. masih saja kau indah pekerti, masih ada hati yang ingin memiliki. tiada sempurna bentuk hati jika sering kau terluka. bayu juga mengerti akan derita yang kau rasa. tak perlu kau bicara, senandungkan saja pada malam, seluruh alam menangis mengenangkan. purnama berganti fasa, suria bertemu gerhana, masih saja kau mengalah. kata kau, dia penawar. adakah logika dia racun dia penawar? kau biarkan rasa  terbendung dan terlindung lewat hamparan halimunan. pecahkan empangan perasaan, banjirkan hati dengan kasih sayang, biar terubat kemarau rindu selama ini. cukup sudah kasih sayang kau persiakan dengan  arjuna yang tidak pernah mengerti. beri saja pada dirimu sendiri. saat sinar kejora sirna. cahaya purnama samar, suria tersipu di balik awan, jadilah yang menawan, tanpa perlu kau pedulikan perasaan.

No comments:

Post a Comment